SPIRITUIL
Perjalanan manusia menemukan cinta akan selalu timbul dan tenggelam. Cinta selalu datang dan pergi. Namun tidak bagi mereka yang tercerahkan. Cinta selalu memancar dan tetap bersemayam dalam kalbu. Cinta tidak pernah pergi. Cinta tetap dan terpatri dari dulu hingga kini. Yang mengalami hanya pelaku sejati. Mereka yang telah menyadari hakekat sejati. Hakekat cinta yang tak pernah terurai. Namun kitalah yang terbuai oleh kenikmatan duniawi. Hingga melupakan cinta yang suci. Selamat merenungi.
Selasa, 03 Januari 2017
SPIRITUIL: TOPENG
SPIRITUIL: TOPENG: TOPENG By. HARSONO, Wajah bopeng penuh luka Wajah asli pemberian Yang Kuasa Tak tergantikan oleh intan dan permata Manakala terg...
Sabtu, 31 Desember 2016
Cinta sejati
SYUKUR
Oleh : Harsono
Adakah duka bagi penikmat cinta sejati
Hanya pendengki yang diliputi sakit hati
Iri hati mengunci pintu rezeki dari Illahi
Syukur memberikan kenikmatan tiada henti
Nilai-nilai hakiki terkikis kehidupan kini
Durjana semakin menggeliat disana sini
Tingkah polahnya tiada terselubung lagi
Pongah seakan hidup seribu tahun lagi
Kehidupan hanyalah proses yang wajib dijalani
Bukan proses yang harus dihindari dan dilompati
Kehidupan bukan hasil dari sebuah transaksi
Hanya yang sakit hati mengingkari perjalanan hidup ini
Setapak demi setapak kita harus mendaki
Untuk meraih puncak yang tertinggi
Jatuh bangun mesti kita jalani
Demi meraih mimpi yang tersembunyi
Aral melintang di tengah jalan
Tidak harus dimusnahkan
Kebedaraannya menumbuhkan harapan
Untuk kita yang selalu bisa memikirkan
Puncak tertinggi bukanlah tempat yang pasti
Keberadaannya diperebutkan hingga kini
Begitu sampai ia akan mudah lupa diri
Terlebih saat mendaki ia tak melihat kanan kiri
Puncak yang tinggi tidak harus yang tertinggi
Di dasar laut pun ditemukan yang serupa ini
Tiada tempat tertinggi bagi penikmat dunia ini
Namun tidak bagi mereka bisa mensyukuri
Oleh : Harsono
Adakah duka bagi penikmat cinta sejati
Hanya pendengki yang diliputi sakit hati
Iri hati mengunci pintu rezeki dari Illahi
Syukur memberikan kenikmatan tiada henti
Nilai-nilai hakiki terkikis kehidupan kini
Durjana semakin menggeliat disana sini
Tingkah polahnya tiada terselubung lagi
Pongah seakan hidup seribu tahun lagi
Kehidupan hanyalah proses yang wajib dijalani
Bukan proses yang harus dihindari dan dilompati
Kehidupan bukan hasil dari sebuah transaksi
Hanya yang sakit hati mengingkari perjalanan hidup ini
Setapak demi setapak kita harus mendaki
Untuk meraih puncak yang tertinggi
Jatuh bangun mesti kita jalani
Demi meraih mimpi yang tersembunyi
Aral melintang di tengah jalan
Tidak harus dimusnahkan
Kebedaraannya menumbuhkan harapan
Untuk kita yang selalu bisa memikirkan
Puncak tertinggi bukanlah tempat yang pasti
Keberadaannya diperebutkan hingga kini
Begitu sampai ia akan mudah lupa diri
Terlebih saat mendaki ia tak melihat kanan kiri
Puncak yang tinggi tidak harus yang tertinggi
Di dasar laut pun ditemukan yang serupa ini
Tiada tempat tertinggi bagi penikmat dunia ini
Namun tidak bagi mereka bisa mensyukuri
Jumat, 30 Desember 2016
Perjalanan rohani
BELAJAR NAIK SEPEDA
BY HARSONO/JAUE-JESUA
Perjalanan batin adalah perjalanan yang tiada pernah seorangpun sanggup merencanakan kapan mulai dan kapan berakhir serta habis berapa biayanya. Perjalanan yang hanya dikendalikan olehNya belaka. Tiada seorangpun mampu mencegah atau mengelak darinya. Ketika perjalanan batin dimulai, maka bersiaplah diri untuk menjadi asing atas diri sendiri. Ketika diri sendiri asing pasti orang lain pun menganggapnya demikian. Keadaan yang demikian sering diamli oleh mereka yang sedang belajar mencari ilmu batin. Akan tetapi banyak pula yang tidak belajar namun tiba-tiba mereka menjadi aneh tak terkira. Saat kebiasaan berubah dari yang biasa maka saat itulah sang pejalan harus berhati-hati dan waspada. Saat tersebut perjalanan telah dimulai. Dan begitu dimulai maka orang lain terutama orang yang mengasihinya akan kebingungan karena ia bertingkah tidak sebagaimana biasanya. Ia bertingkah aneh. Ia berbuat tidak sewajarnya. Orang lain sering menyebutnya kesurupan atau lebih extrem lagi dengan sebutan stress atau bahkan Gila.
Sebutan tersebut tidaklah bisa ditolah. Kenyataannya orang yang sedang menjalani perjalanan batin, lebih cenderung mengikuti kata hati dari pada akal sehat duniawi. Ia tak lagi mampu mengendalikan fikiran sehatnya dibanding bisikan-bisikan lembut yang menggerakan seluruh alat tubuhnya. Ia tak kuasa berbuat apa-apa kecuali menurut saja apa kata bisikan hatinya. Dan ketika ia bisa berhenti atau menolah bisikan hatinya itu semua hanya karena karuniaNya belaka. Tak seorangpun yang mampu menghentikannya kecuali Dia. Maka para pejalan hanya mengikuti apa kemauanNYa.
Namun janganlah berkecil hati bagi para orang tua, saudara dan seluruh keluarga yang salah satu saudaranya menjalani peristiwa tersebut. Tak usah pusing atau berkecil hati. Tak usah malu atau bingung untuk mencari obat-obat tertentu. Aku yakin kepusingan itu hanya menambah beban derita. Malu pada tetangga hanya menambah luka lara. Semua tiada berguna. Itu hanya dipandang oleh mata dunia. Namun bagi sang pengembara ia tetap melangkah dengan pasti mengikuti kata hati sampai suatu masa ia hyarus berhenti. Kapan? Itu tak pasti. Namun sekilas ada analogi yang sederhana untuk menggambarkan berita tersebut.
Ini kisahku diwaktu masih anak-anak. Usiaku sekitar 6 tahun. Saat itu aku belajar naik sepeda. Aku berusaha untuk menuntun sepeda sendiri. Tiba-tiba sepedaku ambruk. Bapakku lari menghampiriku dan membangunkanku serta sepeda yang menindihku. Aku menangis dan ketakutan. Setelah itu bapaku menyuruhku untuk naik dan beliau memegangi sepeda tersebut dari belakang. Sepeda didorong olehnya tapi aku belum juga mampu mengayuh pedalnya sendiri. Sepeda berhasil ku kendalikan sesaat. Begitu tangan bapaku dilepaskan aku pun terjatuh. Aku bangun dan bapak mendorongku lagi berulang-ulang. Jatuh bangun menjadi hal yang biasa. Saat aku mulai belajar mengayuh sendiri dan masih tetap dipegangi oleh bapaku, kakiku terpeleset dan terjepit diantara pedal dan katengkas penutup rantai. Aku menangis meronta-ronta. Bapaku menjadi bingung. Pedal diputar kakiku bertambah sakit dan tangisku makin keras. Kejadian ini memakan waktu hampir 15 menit.
Begitu kakiku lepas dari jepitan itu sepeda aku banting. Sejak saat itu aku tidak mau lagi belajar naik sepeda. Aku takut. Sepeda bagiku laksana hantu. Anak-anak seusiaku sudah pandai naik sepeda tapi aku malah menjauh ketika melihat sepeda.
Rasa takut itu hilang menjelang masuk SMP. Dengan terpaksa aku harus belajar naik sepeda sendiri karena sekolahannya sangat jauh. Aku belajar sendiri tanpa ada orang yang menemani seperti waktu itu. Jatuh bangun jadi biasa. Perlahan tapi pasti karena ada kemauan dan keyakinan akhirnya naik sepeda aku pun bisa dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun masa penantianku dan rasa takut itu telah menghantuiku sekian lama. Ternyata waktu itu terbuang percuma. Dan ketika aku punya niat dan kemauan akupun ternyata bisa.
Jalan yang semula terasa sempit saat pertama kali aku mulai bisa mengayuh pedal, lambat laun aku mulai merasakan luasnya. Walau sesungguhnya jalan itu sama saja. Ternyata rasa yang menimbulkan perbedaanya. Ketika mula pertama bisa mengayuh sepeda rasa takut jatuh dan kurang keseimbangan menjadikan jalan yang lapang menjadi seakan sempit dan penuh rintangan. Namun begiru belajar terus dan mampu menguasai keseimbangan maka jalan yang sempit pun kini seakan lapang. Oh luar biasa.
Waktu terus berputar. Belasan tahun telah berlalu. Sepeda telah hampir terlupakan olehku. Kendaraan motor dan mobil sebagai kendaraan yang mengantarkanku kemana kupergi. Dan ketika aku berusaha naik sepeda lagi, tak ada kesusahan seperti mula pertama aku belajar dulu. Tak ada lagi jatuh bangun dan rasa takut. Semuanya berjalan lancar. Smooth dan menyenangkan. Belajar bersepeda terjadi hanya sekali saja. Dan sesudahnya hanyalah kenikmatan belaka. Apakah keadaan yang demikian bisa anda rasakan?
Analogi belajar bersepeda diatas dapat menggambarkan pula peristiwa perjalanan batin umat manusia. Rasa takut. Jatuh bangun. Susah. Sempit. Tangis. Derita. Trauma. Dan berbagai derita lainya tergantung pada pelaku utamanya. Itu semua akan sirna dengan sendirinya ketika pembelajaran tersebut telah berubah menjadi kebiasaan. Karena bisa maka semua akan menjadi indah dan menyenangkan. Tak ada lagi rintangan, halangan, ancaman, cercaan, makian ataupun penderitaan. Semua telah berubah menjadi kelapangan, kebahagiaan, keindahan, kesenangan, dan kesadaran.
Walaupun toh dalam waktu yang cukup lama tidak digunakan rasa bahagia dan peristiwa indah itu telah tertanam dalam lubuk hati yang dalam. Kapanpun ingin dihidupkan ia akan muncul setiap saat. Tak usah kwatir. Ia selalu ada. Ia selalu bisa. Kapan dan dimanapun berada. Ketika ia ada maka yang berbuah hanya keindahan. Yang tertanam dihati hanyalah kesadaran. Kesadaran akan adanya gerak karena ada yang menggerakan. Adanya hidup karena ada yang hidup. Dan yang selalu hidup itulah kekekalan. Dan yang mampu meraih kekekalan adalah yang menyadiari adanya kehidupan.
BY HARSONO/JAUE-JESUA
Perjalanan batin adalah perjalanan yang tiada pernah seorangpun sanggup merencanakan kapan mulai dan kapan berakhir serta habis berapa biayanya. Perjalanan yang hanya dikendalikan olehNya belaka. Tiada seorangpun mampu mencegah atau mengelak darinya. Ketika perjalanan batin dimulai, maka bersiaplah diri untuk menjadi asing atas diri sendiri. Ketika diri sendiri asing pasti orang lain pun menganggapnya demikian. Keadaan yang demikian sering diamli oleh mereka yang sedang belajar mencari ilmu batin. Akan tetapi banyak pula yang tidak belajar namun tiba-tiba mereka menjadi aneh tak terkira. Saat kebiasaan berubah dari yang biasa maka saat itulah sang pejalan harus berhati-hati dan waspada. Saat tersebut perjalanan telah dimulai. Dan begitu dimulai maka orang lain terutama orang yang mengasihinya akan kebingungan karena ia bertingkah tidak sebagaimana biasanya. Ia bertingkah aneh. Ia berbuat tidak sewajarnya. Orang lain sering menyebutnya kesurupan atau lebih extrem lagi dengan sebutan stress atau bahkan Gila.
Sebutan tersebut tidaklah bisa ditolah. Kenyataannya orang yang sedang menjalani perjalanan batin, lebih cenderung mengikuti kata hati dari pada akal sehat duniawi. Ia tak lagi mampu mengendalikan fikiran sehatnya dibanding bisikan-bisikan lembut yang menggerakan seluruh alat tubuhnya. Ia tak kuasa berbuat apa-apa kecuali menurut saja apa kata bisikan hatinya. Dan ketika ia bisa berhenti atau menolah bisikan hatinya itu semua hanya karena karuniaNya belaka. Tak seorangpun yang mampu menghentikannya kecuali Dia. Maka para pejalan hanya mengikuti apa kemauanNYa.
Namun janganlah berkecil hati bagi para orang tua, saudara dan seluruh keluarga yang salah satu saudaranya menjalani peristiwa tersebut. Tak usah pusing atau berkecil hati. Tak usah malu atau bingung untuk mencari obat-obat tertentu. Aku yakin kepusingan itu hanya menambah beban derita. Malu pada tetangga hanya menambah luka lara. Semua tiada berguna. Itu hanya dipandang oleh mata dunia. Namun bagi sang pengembara ia tetap melangkah dengan pasti mengikuti kata hati sampai suatu masa ia hyarus berhenti. Kapan? Itu tak pasti. Namun sekilas ada analogi yang sederhana untuk menggambarkan berita tersebut.
Ini kisahku diwaktu masih anak-anak. Usiaku sekitar 6 tahun. Saat itu aku belajar naik sepeda. Aku berusaha untuk menuntun sepeda sendiri. Tiba-tiba sepedaku ambruk. Bapakku lari menghampiriku dan membangunkanku serta sepeda yang menindihku. Aku menangis dan ketakutan. Setelah itu bapaku menyuruhku untuk naik dan beliau memegangi sepeda tersebut dari belakang. Sepeda didorong olehnya tapi aku belum juga mampu mengayuh pedalnya sendiri. Sepeda berhasil ku kendalikan sesaat. Begitu tangan bapaku dilepaskan aku pun terjatuh. Aku bangun dan bapak mendorongku lagi berulang-ulang. Jatuh bangun menjadi hal yang biasa. Saat aku mulai belajar mengayuh sendiri dan masih tetap dipegangi oleh bapaku, kakiku terpeleset dan terjepit diantara pedal dan katengkas penutup rantai. Aku menangis meronta-ronta. Bapaku menjadi bingung. Pedal diputar kakiku bertambah sakit dan tangisku makin keras. Kejadian ini memakan waktu hampir 15 menit.
Begitu kakiku lepas dari jepitan itu sepeda aku banting. Sejak saat itu aku tidak mau lagi belajar naik sepeda. Aku takut. Sepeda bagiku laksana hantu. Anak-anak seusiaku sudah pandai naik sepeda tapi aku malah menjauh ketika melihat sepeda.
Rasa takut itu hilang menjelang masuk SMP. Dengan terpaksa aku harus belajar naik sepeda sendiri karena sekolahannya sangat jauh. Aku belajar sendiri tanpa ada orang yang menemani seperti waktu itu. Jatuh bangun jadi biasa. Perlahan tapi pasti karena ada kemauan dan keyakinan akhirnya naik sepeda aku pun bisa dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun masa penantianku dan rasa takut itu telah menghantuiku sekian lama. Ternyata waktu itu terbuang percuma. Dan ketika aku punya niat dan kemauan akupun ternyata bisa.
Jalan yang semula terasa sempit saat pertama kali aku mulai bisa mengayuh pedal, lambat laun aku mulai merasakan luasnya. Walau sesungguhnya jalan itu sama saja. Ternyata rasa yang menimbulkan perbedaanya. Ketika mula pertama bisa mengayuh sepeda rasa takut jatuh dan kurang keseimbangan menjadikan jalan yang lapang menjadi seakan sempit dan penuh rintangan. Namun begiru belajar terus dan mampu menguasai keseimbangan maka jalan yang sempit pun kini seakan lapang. Oh luar biasa.
Waktu terus berputar. Belasan tahun telah berlalu. Sepeda telah hampir terlupakan olehku. Kendaraan motor dan mobil sebagai kendaraan yang mengantarkanku kemana kupergi. Dan ketika aku berusaha naik sepeda lagi, tak ada kesusahan seperti mula pertama aku belajar dulu. Tak ada lagi jatuh bangun dan rasa takut. Semuanya berjalan lancar. Smooth dan menyenangkan. Belajar bersepeda terjadi hanya sekali saja. Dan sesudahnya hanyalah kenikmatan belaka. Apakah keadaan yang demikian bisa anda rasakan?
Analogi belajar bersepeda diatas dapat menggambarkan pula peristiwa perjalanan batin umat manusia. Rasa takut. Jatuh bangun. Susah. Sempit. Tangis. Derita. Trauma. Dan berbagai derita lainya tergantung pada pelaku utamanya. Itu semua akan sirna dengan sendirinya ketika pembelajaran tersebut telah berubah menjadi kebiasaan. Karena bisa maka semua akan menjadi indah dan menyenangkan. Tak ada lagi rintangan, halangan, ancaman, cercaan, makian ataupun penderitaan. Semua telah berubah menjadi kelapangan, kebahagiaan, keindahan, kesenangan, dan kesadaran.
Walaupun toh dalam waktu yang cukup lama tidak digunakan rasa bahagia dan peristiwa indah itu telah tertanam dalam lubuk hati yang dalam. Kapanpun ingin dihidupkan ia akan muncul setiap saat. Tak usah kwatir. Ia selalu ada. Ia selalu bisa. Kapan dan dimanapun berada. Ketika ia ada maka yang berbuah hanya keindahan. Yang tertanam dihati hanyalah kesadaran. Kesadaran akan adanya gerak karena ada yang menggerakan. Adanya hidup karena ada yang hidup. Dan yang selalu hidup itulah kekekalan. Dan yang mampu meraih kekekalan adalah yang menyadiari adanya kehidupan.
TOPENG
TOPENG
By. HARSONO,
Wajah bopeng penuh luka
Wajah asli pemberian Yang Kuasa
Tak tergantikan oleh intan dan permata
Manakala tergantikan awal dari bencana
Keaslian dan keluguan mulai tersisih
Memakai wajah asli menjadi smakin risih
Topeng beraneka rupa siap untuk dipilih
Siap dipakai sesuai keadaan dan siap beralih
Wujud asli mulai langka kini
Yang bertebaran hanya wujud imitasi
Ia mampu bertahan hanya sehari
Setelah itu ia pun berubah lagi
Sungguh hidup laksana mimpi
Kenyataan hidup tiada lagi
Berjalan namun tiada arah pasti
Tetap makan tapi kenyataannya mati
Topeng hanya indah di permukaan
Mudah tergantikan oleh suasana dan keadaan
Jangan berharap mendapatkan indahnya kehidupan
Hanya kemolekan sesaat penuh kepalsuan.
Topeng kepalsuan ambil dan lekaslah buang
Jangan tunggu kehancuran datang
Enak memang dibuang sayang
Jangan ragu kebenaran pasti datang
Wajah polos yang tetap terus menatap masa depan
Menjalani hidup sesuai dengan tatanan kehidupan
Tak tergoyahkan oleh indahnya topeng kemolekan
Terselamatkan oleh kehendak yang Maha Menentukan
Rabu, 19 Desember 2012
PRAHARA
By.
HARSONO
Awan hitam bergulung berarak-arakan
Menghiasi angkasa raya Tak beraturan
Sejauh mata memandang deretan awan
Menahan rasa pedih dan ingin meninggalkan
Gulungan awan hitam menjulur ke bumi
Putarannya dahsyat menyedot kesana kemari
Liar dan tak terkendali
Meluluh lantakkan seisi bumi
Angin berhembus kencang disertai badai
Hujan lebat disertai kilat menyambar bumi
Guntur menggelegar menciutkan nyali
Siapapun ketakutan untuk menampakkan diri
Nyali manusia sejati
Teruji dalam menghadapi peliknya situasi
Mereka yang segera berlari
Tak kan pernah mendapatkan apa yang
tersembunyi
Pengecut dan pecundang merajalela
Tetap setia pada penguasa
Tak peduli pada jeritan sipapa
Yang ada hanyalah mengabdi pada angkara
Disaat situasi menjadi semakin tegang
Pengecut dan pecundang lari tunggang
langgang
Meninggalkan arena mengumbar suara lantang
Sesumbar dan menantang
Para pengabdi pada kebesaran Illahi
Bukan sekedar harta yang mereka cari
Apalagi ketenaran nama disana disini
Bahkan sanjungan dari kanan dan kiri
Semua lewat tiada arti
Yang didamba hanyalah keridlaan hati
Disaat siatuasi pelik begini
Ia tampil untuk mengatasi
Awan pekat, gulungan angin dahsyat, guntur,
dan petir yang mengepung bumi
Disambut dengan lembut dengan penuh cinta
kasih abadi
Bukan sekedar untuk menyenangkan hasrat
manusia saat ini
Namun sebagai pembuka jalan agar untuk
diteladani
Jauh dari angkara
Bukan demi harta atau tahta
Jalan utama yang dibuka
Untuk generasi penerus sesudahnya.
BELAJAR PADA
AYAM
By.
Harsono
KUTUK
AYAM MENANGIS KELAPARAN
SANG
INDUK BERGEGAS MENGAIS-NGAIS TANAH MEMBUKA JALAN
SI
KUTUK DIBIARKAN SUKA CITA SALING BEREBUTAN
KETIKA
KENYANG MEREKA TAK LAGI TURUT AMBIL BAGIAN
DITENGAH
HUJAN LEBAT KUTUK KECIL KEDINGINAN
INDUK
AYAM TIDAK SERTA MERTA MEMBIARKAN
SANG
INDUK SIAP MENJADI TEMPAT PERLINDUNGAN
MEMBERIKAN
DIRINYA SEBAGAI TEMPAT PENGHANGATAN
INDUK
AYAM SELALU SIAP BERKORBAN
MENJADI
PEMBUKA JALAN DAN TEMPAT PERLINDUNGAN
BAGI
ANAK AYAM YANG SERING DIDERA BADAI COBAAN
KARENA
SI ANAK YANG MASIH POLOS DAN BUTUH BIMBINGAN
ANAK
AYAM KELAPARAN BUKAN UNTUK DITINGGALKAN
ANAK
AYAM KEDINGINAN BUKAN UNTUK DIBIARKAN
ANAK
AYAM MENANGIS UNTUK DIDIAMKAN
ANAK
AYAM BERTANYA UNTUK MENDAPATKAN JAWABAN
HANYA HIASAN
By.
Harsono
Tipu
daya yang aku jalankan
Haruskah
tetap aku pertahankan
Hingga
aku bertengkar dengan sesama teman
Bahkan
tak jarang harga diri tergadaikan
Sampai
kapan
Kejahatan
adalah kejahatan
Walau
dibungkus dengan keindahan
Bau
busuk tetap menyebar tak beraturan
Kesana
kemari bau busuk bertebaran
Masker
lusuh sebagai penolak bau jamban
Walau
kemasan telah sampai pada sasaran
Apalagi
jika kemasan hanya dijadikan hiasan
Silang
sengketa bermain kata
Sang
majikan dijadikan senjata
Buruh
kuli tak sanggup bicara
Karena
majikan punya kuasa
Majikan
tak tahu semua
Atas
apa yang tersedia
Sekilas
membaliknya
Tak
tahu detail apa maknanya
Sungguh
celaka
Kalau
memang ini adanya
Lekas
bertanya bukan membela
Koreksi
segera bukan membiarkannya
Bau
tetap bau
Tukang
sedot tak pernah terganggu
Kalo
memang keliru
Lekaslah
kita berguru
Selasa, 18 Desember 2012
Kembali Pada Jati Diri
Kembali Pada Jati Diri
By: Harsono
Seberkas sinar mulai menyala
Dari ujung timur pulau jawa
Telah lama kita damba-damba
Akhirnya muncul jua
Jati diri yang telah lama terlupakan
Kini mulai digali untuk dimunculkan
Belum banyak orang yang memperhatikan
Sebagian besar masih mencibirkan
Budaya adi luhung harus kita pertahankan
Agar tidak tergilas oleh derasnya arus perubahan
Agar tetap hidup kokoh ditengah kemajuan zaman
Sebagai penguat budaya bangsa hingga akhir zaman
Sedikit demi sedikit budaya harus tergali
Sedikit demi sedikit budaya harus tersosialisasi
Agar anak cucu tidak merasa asing di negeri sendiri
Agar anak cucu tidak merasa bangga dengan budaya pribumi
Kapan lagi kita harus memulai
Hari ini
Esok nanti
Atau kita tak kan bisa lagi memulai
Cahaya yang telah ada
Tangkap dan kita kembangkan semampu kita
Jangan tunggu hingga semuanya sirna
Selagi kita bisa
By: Harsono
Seberkas sinar mulai menyala
Dari ujung timur pulau jawa
Telah lama kita damba-damba
Akhirnya muncul jua
Jati diri yang telah lama terlupakan
Kini mulai digali untuk dimunculkan
Belum banyak orang yang memperhatikan
Sebagian besar masih mencibirkan
Budaya adi luhung harus kita pertahankan
Agar tidak tergilas oleh derasnya arus perubahan
Agar tetap hidup kokoh ditengah kemajuan zaman
Sebagai penguat budaya bangsa hingga akhir zaman
Sedikit demi sedikit budaya harus tergali
Sedikit demi sedikit budaya harus tersosialisasi
Agar anak cucu tidak merasa asing di negeri sendiri
Agar anak cucu tidak merasa bangga dengan budaya pribumi
Kapan lagi kita harus memulai
Hari ini
Esok nanti
Atau kita tak kan bisa lagi memulai
Cahaya yang telah ada
Tangkap dan kita kembangkan semampu kita
Jangan tunggu hingga semuanya sirna
Selagi kita bisa
JATI DIRI 2
By. HARSONO
Tempat dimana aku berpijak terasa hampa
Jasad berdiri tegak namun jiwa mengembara
Aku punya segala namun tiada berasa
Beribu keinginan berada di luar sana
Duka lara
menggerogoti jiwa
Senantiasa menghiasi rongga dada
Bahagia yang diharap kan tiba
Laksana melihat mentari dimalam gulita
Jiwa-jiwa yang penuh dengan cerita
Jiwa yang penuh dengan keagungan cinta
Kini harus merana penuh dengan nafsu belaka
Keagungan cinta tergadai dengan keinginan tak bermuara
Keindahan mata dunia
Hanya bersifat sementara
Keindahan nyanyian jiwa
Jangan dibiarkan berlalu tanpa nyawa
JATI DIRI
By. HARSONO
Kehadiranmu menggantikan barang keramatku
Engkau asing namun terasa terhormat ditempatku
Dipuja dan disanjung disetiap waktu
Dipamerkan dan diajarkan ditempat tempat tertentu
Kehadiranmu
menggilas adi luhung budayaku
Kehadiranmu mengoyak sendi-sendi nadiku
Tidak terasakan oleh seluruh generasiku
Namun kekeroposan mulai terasa olehku
Seni tradisi yang seharusnya menjadi tulang punggung
Yang seharusnya dikembangkan dan disanjung
Kini keberadaannya hanya didaerah gunung
Tersingkir oleh pendatang yang membuat kita bingung
Kebanggaan kini sirna
Mengembangkan budaya yang kian renta
Gairah pun mulai tiada
Keagungan yang mulia digantikan mutiara
Jati diri yang telah lama teruji
Kini tiada lagi bersemi
Yang hadir wajah-wajah imitasi
Hadir sesaat dan segera pergi
Keagungan dan keelokan harus tetap bertahan
Untuk disebarkan pada setiap kesempatan
Agar jati diri mampu menghiasi kehidupan
Tidak tergerus oleh budaya dari luaran.
Minggu, 25 November 2012
KAU DAN AKU SATU
KAU DAN AKU SATU
Sekian lama aku mencari
dari buaian hingga kini
perjalanan hidup terus berlanjut
pencarianku tak pernah surut
dari satu tempat ke tempat berikut
belum jua ada yang menyangkut
hingga pada suatu masa
dimana aku tiada berdaya
tubuhku diam laksana boneka
ingin berontak namun tak kuasa
semua berlalu begitu saja
aku tak kuasa mengendalikannya
boneka bergerak seperti yang Ia pinta
tak seorangpun kuasa menghentikannya
ketika semua telah sirna
boneka tak lagi berdaya
yang ada hanya kelemahan semata
boneka merasa damai bersamaNya
Cinta yang telah lama didamba
datang laksana air bah saja
Tiba-tiba dan pergi begitu saja
Semua tiada penah menduganya
Begitu masa itu berlalu
Hati ini terasa amat sangat merindu
Tak seorangpun tahu perasaanku
Kini Kau dan aku berpadu jadi Satu
Sekian lama aku mencari
dari buaian hingga kini
belum jua aku jumpai
kekasih yang mengisi hatiperjalanan hidup terus berlanjut
pencarianku tak pernah surut
dari satu tempat ke tempat berikut
belum jua ada yang menyangkut
hingga pada suatu masa
dimana aku tiada berdaya
tubuhku diam laksana boneka
ingin berontak namun tak kuasa
semua berlalu begitu saja
aku tak kuasa mengendalikannya
boneka bergerak seperti yang Ia pinta
tak seorangpun kuasa menghentikannya
ketika semua telah sirna
boneka tak lagi berdaya
yang ada hanya kelemahan semata
boneka merasa damai bersamaNya
Cinta yang telah lama didamba
datang laksana air bah saja
Tiba-tiba dan pergi begitu saja
Semua tiada penah menduganya
Begitu masa itu berlalu
Hati ini terasa amat sangat merindu
Tak seorangpun tahu perasaanku
Kini Kau dan aku berpadu jadi Satu
Langganan:
Postingan (Atom)