Sabtu, 31 Desember 2016

Cinta sejati

 SYUKUR
Oleh : Harsono

Adakah duka bagi penikmat cinta sejati
Hanya pendengki yang diliputi sakit hati
Iri hati mengunci pintu rezeki dari Illahi
Syukur memberikan kenikmatan tiada henti

Nilai-nilai hakiki terkikis kehidupan kini
Durjana semakin menggeliat disana sini
Tingkah polahnya tiada terselubung lagi
Pongah seakan hidup seribu tahun lagi

Kehidupan hanyalah proses yang wajib dijalani
Bukan proses yang harus dihindari dan dilompati
Kehidupan bukan hasil dari sebuah transaksi
Hanya yang sakit hati mengingkari perjalanan hidup ini

Setapak demi setapak kita harus mendaki
Untuk meraih puncak yang tertinggi
Jatuh bangun mesti kita jalani
Demi meraih mimpi yang tersembunyi

Aral melintang di tengah jalan
Tidak harus dimusnahkan
Kebedaraannya menumbuhkan harapan
Untuk kita yang selalu bisa memikirkan

Puncak tertinggi bukanlah tempat yang pasti
Keberadaannya diperebutkan hingga kini
Begitu sampai ia akan mudah lupa diri
Terlebih saat mendaki ia tak melihat kanan kiri

Puncak yang tinggi tidak harus yang tertinggi
Di dasar laut pun ditemukan yang serupa ini
Tiada tempat tertinggi bagi penikmat dunia ini
Namun tidak bagi mereka bisa mensyukuri

Jumat, 30 Desember 2016

Perjalanan rohani

BELAJAR NAIK SEPEDA
BY HARSONO/JAUE-JESUA

 Perjalanan batin adalah perjalanan yang tiada pernah seorangpun sanggup merencanakan kapan mulai dan kapan berakhir serta habis berapa biayanya. Perjalanan yang hanya dikendalikan olehNya belaka. Tiada seorangpun mampu mencegah atau mengelak darinya. Ketika perjalanan batin dimulai, maka bersiaplah diri untuk menjadi asing atas diri sendiri. Ketika diri sendiri asing pasti orang lain pun menganggapnya demikian. Keadaan yang demikian sering diamli oleh mereka yang sedang belajar mencari ilmu batin. Akan tetapi banyak pula yang tidak belajar namun tiba-tiba mereka menjadi aneh tak terkira. Saat kebiasaan berubah dari yang biasa maka saat itulah sang pejalan harus berhati-hati dan waspada. Saat tersebut perjalanan telah dimulai. Dan begitu dimulai maka orang lain terutama orang yang mengasihinya akan kebingungan karena ia bertingkah tidak sebagaimana biasanya. Ia bertingkah aneh. Ia berbuat tidak sewajarnya. Orang lain sering menyebutnya kesurupan atau lebih extrem lagi dengan sebutan stress atau bahkan Gila.

Sebutan tersebut tidaklah bisa ditolah. Kenyataannya orang yang sedang menjalani perjalanan batin, lebih cenderung mengikuti kata hati dari pada akal sehat duniawi. Ia tak lagi mampu mengendalikan fikiran sehatnya dibanding bisikan-bisikan lembut yang menggerakan seluruh alat tubuhnya. Ia tak kuasa berbuat apa-apa kecuali menurut saja apa kata bisikan hatinya. Dan ketika ia bisa berhenti atau menolah bisikan hatinya itu semua hanya karena karuniaNya belaka. Tak seorangpun yang mampu menghentikannya kecuali Dia. Maka para pejalan hanya mengikuti apa kemauanNYa.

Namun janganlah berkecil hati bagi para orang tua, saudara dan seluruh keluarga yang salah satu saudaranya menjalani peristiwa tersebut. Tak usah pusing atau berkecil hati. Tak usah malu atau bingung untuk mencari obat-obat tertentu. Aku yakin kepusingan itu hanya menambah beban derita. Malu pada tetangga hanya menambah luka lara. Semua tiada berguna. Itu hanya dipandang oleh mata dunia. Namun bagi sang pengembara ia tetap melangkah dengan pasti mengikuti kata hati sampai suatu masa ia hyarus berhenti. Kapan? Itu tak pasti. Namun sekilas ada analogi yang sederhana untuk menggambarkan berita tersebut.

Ini kisahku diwaktu masih anak-anak. Usiaku sekitar 6 tahun. Saat itu aku belajar naik sepeda. Aku berusaha untuk menuntun sepeda sendiri. Tiba-tiba sepedaku ambruk. Bapakku lari menghampiriku dan membangunkanku serta sepeda yang menindihku. Aku menangis dan ketakutan. Setelah itu bapaku menyuruhku untuk naik dan beliau memegangi sepeda tersebut dari belakang. Sepeda didorong olehnya tapi aku belum juga mampu mengayuh pedalnya sendiri. Sepeda berhasil ku kendalikan sesaat. Begitu tangan bapaku dilepaskan aku pun terjatuh. Aku bangun dan bapak mendorongku lagi berulang-ulang. Jatuh bangun menjadi hal yang biasa. Saat aku mulai belajar mengayuh sendiri dan masih tetap dipegangi oleh bapaku, kakiku terpeleset dan terjepit diantara pedal dan katengkas penutup rantai. Aku menangis meronta-ronta. Bapaku menjadi bingung. Pedal diputar kakiku bertambah sakit dan tangisku makin keras. Kejadian ini memakan waktu hampir 15 menit.

Begitu kakiku lepas dari jepitan itu sepeda aku banting. Sejak saat itu aku tidak mau lagi belajar naik sepeda. Aku takut. Sepeda bagiku laksana hantu. Anak-anak seusiaku sudah pandai naik sepeda tapi aku malah menjauh ketika melihat sepeda.

 Rasa takut itu hilang menjelang masuk SMP. Dengan terpaksa aku harus belajar naik sepeda sendiri karena sekolahannya sangat jauh. Aku belajar sendiri tanpa ada orang yang menemani seperti waktu itu. Jatuh bangun jadi biasa. Perlahan tapi pasti karena ada kemauan dan keyakinan akhirnya naik sepeda aku pun bisa dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun masa penantianku dan rasa takut itu telah menghantuiku sekian lama. Ternyata waktu itu terbuang percuma. Dan ketika aku punya niat dan kemauan akupun ternyata bisa.

Jalan yang semula terasa sempit saat pertama kali aku mulai bisa mengayuh pedal, lambat laun aku mulai merasakan luasnya. Walau sesungguhnya jalan itu sama saja. Ternyata rasa yang menimbulkan perbedaanya. Ketika mula pertama bisa mengayuh sepeda rasa takut jatuh dan kurang keseimbangan menjadikan jalan yang lapang menjadi seakan sempit dan penuh rintangan. Namun begiru belajar terus dan mampu menguasai keseimbangan maka jalan yang sempit pun kini seakan lapang. Oh luar biasa. 

Waktu terus berputar. Belasan tahun telah berlalu. Sepeda telah hampir terlupakan olehku. Kendaraan motor dan mobil sebagai kendaraan yang mengantarkanku kemana kupergi. Dan ketika aku berusaha naik sepeda lagi, tak ada kesusahan seperti mula pertama aku belajar dulu. Tak ada lagi jatuh bangun dan rasa takut. Semuanya berjalan lancar. Smooth dan menyenangkan. Belajar bersepeda terjadi hanya sekali saja. Dan sesudahnya hanyalah kenikmatan belaka. Apakah keadaan yang demikian bisa anda rasakan?

Analogi belajar bersepeda diatas dapat menggambarkan pula peristiwa perjalanan batin umat manusia. Rasa takut. Jatuh bangun. Susah. Sempit. Tangis. Derita. Trauma. Dan berbagai derita lainya tergantung pada pelaku utamanya. Itu semua akan sirna dengan sendirinya ketika pembelajaran tersebut telah berubah menjadi kebiasaan. Karena bisa maka semua akan menjadi indah dan menyenangkan. Tak ada lagi rintangan, halangan, ancaman, cercaan, makian ataupun penderitaan. Semua telah berubah menjadi kelapangan, kebahagiaan, keindahan, kesenangan, dan kesadaran.

Walaupun toh dalam waktu yang cukup lama tidak digunakan rasa bahagia dan peristiwa indah itu telah tertanam dalam lubuk hati yang dalam. Kapanpun ingin dihidupkan ia akan muncul setiap saat. Tak usah kwatir. Ia selalu ada. Ia selalu bisa. Kapan dan dimanapun berada. Ketika ia ada maka yang berbuah hanya keindahan. Yang tertanam dihati hanyalah kesadaran. Kesadaran akan adanya gerak karena ada yang menggerakan. Adanya hidup karena ada yang hidup. Dan yang selalu hidup itulah kekekalan. Dan yang mampu meraih kekekalan adalah yang menyadiari adanya kehidupan.

TOPENG


TOPENG
By. HARSONO,
Wajah bopeng penuh luka
Wajah asli pemberian Yang Kuasa
Tak tergantikan oleh intan dan permata
Manakala tergantikan awal dari bencana

Keaslian dan keluguan mulai tersisih
Memakai wajah asli menjadi smakin risih
Topeng beraneka rupa siap untuk dipilih
Siap dipakai sesuai keadaan dan siap  beralih

Wujud asli mulai langka kini
Yang bertebaran hanya wujud imitasi
Ia mampu bertahan hanya sehari
Setelah itu ia pun berubah lagi

Sungguh hidup laksana mimpi
Kenyataan hidup tiada lagi
Berjalan namun tiada arah pasti
Tetap makan tapi kenyataannya mati

Topeng hanya indah di permukaan
Mudah tergantikan oleh suasana dan keadaan
Jangan berharap mendapatkan indahnya kehidupan
Hanya kemolekan sesaat penuh kepalsuan.

Topeng kepalsuan ambil dan lekaslah buang
Jangan tunggu kehancuran datang
Enak memang dibuang sayang
Jangan ragu kebenaran pasti datang

Wajah polos yang tetap terus menatap masa depan
Menjalani hidup sesuai dengan tatanan kehidupan
Tak tergoyahkan oleh indahnya topeng kemolekan
Terselamatkan oleh kehendak yang Maha Menentukan